27 Juli 2009

Mgr Suharyo Menjadi Uskup Koadjutor KAJ


Bapa Suci, Paus Benediktus XVI, telah menunjuk Mgr. Ignatius Suharyo, Uskup Agung Semarang, sebagai Uskup Agung Koajutor untuk Keuskupan Agung Jakarta. Penunjukkan tersebut diumumkan di Rorna, pada hari Sabtu (25/7/2009) pk. 12.00 waktu setempat atau pk. 17.00 WIB. Berita tersebut diumumkan kepada para pastor se-KAJ dalam Rapat Pastores di Aula Katedral, Senin (27/7/2009), oleh Pst. Y. Purbo Tamtomo Pr, Sekretaris KAJ.
Pengumuman itu juga disebarluaskan melalui Surat KAJ No. 284/3.5.14/2009 tertanggal 26 Juli 2009.

Dalam surat tersebut, Pst. Purbo menjelaskan, “Uskup Koajutor adalah Uskup Pembantu yang mempunyai hak untuk rnenggantikan Uskup Diosesan yang dibantunya (berbeda dengan uskup auksilier, yang tidak punya hak mengganti, bdk. Kan. 403 § 3 KHK 1983).

Uskup Koajutor bertugas untuk mendampingi Uskup Diosesan dalam seluruh kepemimpinan keuskupan dan mewakilinya bila beliau tidak ada atau terhalang (Kan. 405 § 2 KHK 1983).”Pst. Purbo mengajak segenap umat Katolik, para imam, biarawan-biarawati di KAJ untuk bersyukur kepada Tuhan atas rahmat ini. “Kita berterima kasih kepada Mgr. Ignatius Suharyo yang sudah berkenan menerima tugas perutusan baru ini. Kita berdoa bagi beliau agar Bapa di sorga senantiasa melimpahkan berkat-Nya bagi beliau, terutama dalam mengemban tugas perutusan ini. Kita doakan pula seluruh umat Keuskupan Agung Semarang agar tidak lama lagi juga mendapat Gembala Agung yang baru,” jelasnya dalam surat tersebut.Pst Purbo juga meminta para pastor yang hadir dalam Rapat Pastores tersebut agar menyebarluaskan berita ini kepada umat.

“Mungkin sejak hari Sabtu sore sudah banyak umat yang mengetahui berita ini dan berusaha menanyakan kebenarannya. Untuk itu mari kita menjelaskan (berita ini) kepada umat yang bertanya,” ajaknya.

Download: Surat KAJ tentang Penunjukan Mgr. Ignatius Suharyo sebagai Uskup Agung Koajutor untuk KAJ (No. 284/3.5.14/2009 tanggal 26 Juli 2009)

25 Juli 2009

Ensiklik Paus Benediktus: Caritas in Veritate


Paus Benedictus XVI pada tanggal 7 Juli 2009 menerbitkan Ensiklik sosialbaru yang bertanggal 29 Juni 2009 dengan judul "Caritas in Veritate" atau Kasih Dalam Kebenaran". Setiap Ensiklik dimaksudkan agar menjadi bahaninspirasi hidup umat beriman.

Sebagai langkah pertama untuk menanggapi Ensiklik tersebut, Mirificamenayangkan pembicaraan dua orang yang sedang berusaha mendalami isinya. Duaorang itu masing-masing adalah Romo B.S. Mardiatmadja, seorang Teolog danRomo I. Ismartono, SJ, orang dari lapangan. Tentu saja, kedua-duanyamenghadapi satu Ensiklik yang sama, tetapi pertanyaan dimulai dari orangyang ada di lapangan, karena kehidupan di lapangan sehari-hari memilikiwatak untuk mencari arti iman yang antar lain di uangkapan dalamajaran-ajaran sosial Gereja.

Ensiklik Sosial ini mendapat tanggapan istimewa. Bila pada hari Jumattanggal 10 Juli 2009 (hari ketiga setelah diterbitkan) , pada jam 11.21 pagiAnda mencantumkan kata-kata "Caritas in Veritate" pada alat telusur Google,akan menemukan 299.000 hasil.

Memang "Caritas in Veritate" belum diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.Tetapi mengingat isinya sangat relevan dengan situasi di dunia saat ini -termasuk G 8 - dan juga situasi di Indonesia tentu, kiranya sambil menantiterjemahan yang biasanya dilakukan oleh Biro Dokumentasi dan Penerangan KWI,pribadi-pribadi maupun kelompok-kelompok basis dan kategorial katolik dapat mulai mencermati naskah melalui terbitan Bahasa Inggris yangditerbitkan oleh Vatikan, misalnya yang berbahasa Inggris seperti tersimpandalam (http://www.vatican/va/holy_father/ benedict_ xvi/encyclicals/ documents/ hf_ben-xvi_ enc_20090629_ cartas-in-veritate_ en.html).

Romo B.S. Mardiatmadja, dari Serikat Yesus membaca naskah tersebut sebagaiseorang teolog profesional sedangkan Romo Ismartono dari Ordo yang samasebagai orang lapangan sedang pula mencermatinya. Pembicaraan mereka berduaditayangkan oleh Mirifica dengan harapan dapat juga merangsang anda jugauntuk bertanya.

Bila anda ingin menyampaikan pertanyaan silakah mengirim langsung kepadamereka, siapa yang anda tuju. Bila Romo Mardi ke http://id.mc762.mail.yahoo.com/mc/compose?to=mardi%40bsmardi.com dan Romo Is ke http://id.mc762.mail.yahoo.com/mc/compose?to=ismartono%40hotmail.com --

Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ Lahir: Yogyakarta 18 Oktober 1943 Pendidikan Dasar (SD-SMP) : Yogyakarta selesai 1957, Pendidikan Menengah(SMA): Seminari Mertoyudan, Magelang 1962 : masuk Serikat Jesus di Girisonta, Ungaran, Jawa Tengah1965 : Mengajar di SMP-SMA Kanisius Jakarta 1969 : selesai studi filsafat di Jerman (Barat waktu itu) 1970 : kerja di Cipta Loka Caraka Jakarta 1973 : studi teologi di Sanata Dharma Yogyakarta 1976 : selesai Doktor Teologi di Innsbruck Austria. 1977-1978 : bekerja di paroki Purbayan, Surakarta. 1978-1986 : mengajar di Institut Filsafat Teologi Yogya. 1986 sampai sekarang: mengajar di Sekolah Tinggi Filsafat DRIYARKARA,Jakarta. Juga pernah mengajar di Universitas Gajahmada, UniversitasParahyangan, Universitas Katolik Atmajaya Jakarta, East Asian PastoralInstitute di Manila, Sekolah Tinggi Teologi Jakarta. Membantu Uskup AgungJakarta/KWI Situs kerja http://www.mardiatmadja.org/ --

IGNATIUS ISMARTONO

Romo Ignatius Ismartono, lahir di Yogyakarta enam puluh empat tahun yanglalu. Sejak Sekolah Dasar sampai SMA, bersekolah di sekolah katolik yangdiselenggarakan oleh para Bruder FIC, mulai SD Bruderan, SMA Bintang Lautdan SMA Santo Yusup di Solo. Setelah dua tahun belajar di SeminariMertoyudan, masuk Novisiat SY di Girisonta, Ungaran. Romo Is termasukangkatan pertama yang belajar filsafat di Jakarta: STF Driyarkara. Setelah menjalankan tahun orientasi pastoral di lembaga penulisan danpenerbitan Cipta Loka Caraka Jakarta melanjutkn studi teologi di YogyakartaPada tahun 1976 ditahbiskan menjadi imam dan langsung bekerja sebagaipastor paroki Santi Isidorus Sukorejo. Setelah itu, 13 tahun bekerjasebagai pastor mahasiswa di Keuskupan Agung Jakarta dan menjadi pengajaragama katolik di Universitas Indonesia dari sejak di Salemba, Rawamangun danDepok sampai tahun 1993. Setelah menambah pengetahuan teologi sekadarnya diJesuit School of Theology at Berkeley di California, pada tahun 1995 diutusoleh Ordonya untuk bekerja di KWI yang memerlukan sekretaris eksekutifHubungan Antaragama dan Kepercayaan. Dari tahun 2002 - 2007 mendapat tugasuntuk menjadi salah satu kosultor Dewan Kepausan untuk Dialog AntarumatBeragama (Pontifical Council for Inter-religious Dialogue - PCID) di VatikanPada tahun 1999 Presidium KWI memberi tugas sebagai Koordinator crisiscenter yang dikenal sebagai Pelayanan Krisis dan Rekonsiliasi KWI sampaisekarang.

Berada di lapangan, ketika awal reformasi yang ditandai dengan berbagaikonflik kekerasan, mulai dari Sitbondo Jawa Timur, Kalimantan, Ambon, Posodan bencana alam tsunami di Aceh dan gempa di Yogyakarta dan becana-bencalain juga yang dibuat oleh manusia, membuatnya ingin lebih memahamiajaran-ajaraan sosial Gereja untuk tahu arti peranannya dalam hidupbermasyarakat. --

Inilah perbincangan mereka: Romo Is: Mardi yang baik, menurutmu, apakah yang betul-betul baru di dalamensiklik ini? Romo Mardi: Is, pertanyaan itu memikat: 'apa ada hal baru sih di bawah mentari?' - apalagi yang baru yang mau diajukan Paus ini? Is, saya menangkap beberapa butir menarik dalam Ensiklik Caritas in Veritateini, ensiklik ketiga Paus Benedictus XVI ini. Yang baru apa?

* 1. Ensiklik ini menjadi jelas kalau dibaca dalam kaitan dengan 3tulisan Paus ini yaitu 'Deus Caritas Est', 'Spes salvi' dan 'Yesus dariNasaret'.

* 2. Kata-kata yang dipakai agak lugas: ia bilang, bahwa 'cinta tanpakebenaran akan jadi sentimentil' , sedang 'kebenaran tanpa cinta jadi dingindan penuh perhitungan sehingga akhirnya kayak dagang'.

* 3. Tanpa Tuhan, cinta jadi serba itung-itungan karena terus menerusberbatas. Disitu Logos yaitu Tuhan meluaskan cakrawala cinta;

* 4. Di situ Paus mendekatkan 'etika sosial' dengan 'etika hidup': 'yangbaik dari sudut kehidupan manusia' itu mempunyai nilai terhadap kebersamaansehingga 'yang buruk terhadap hidup' juga merusak hidup sosial. Itulahdasarnya mengapa baginya aborsi merusak sikap dasar manusia terhadap sesama.

* 5. Selain itu, ensiklik ini secara konkret menyentuh beberapa butirmodern seperti keuangan mikro sebagai unsur mendasar hidup bersamamasyarakat; hak milik intelektual sebagai bentuk nyata penghargaan martabatmanusia; globalisasi dengan potensi baik maupun kemungkinnyamembahayakanmartaba t manusia, khususnya di negara miskin; pembaharuan fahamtentang 'option for the poor' dengan menekankan kesediaan tiap orangkatolik untuk menyediakan miliknya bagi sesama yang 'kurang berada'.
Mengapa? Karena semua yang ada pada kita diberikan secara gratis maka kitaharus memberikan secara bebas juga. Sebab semua datang karena cinta Allah. Mengapa Populorum Progressio diulangi lagi di dalamnya?

Is menanyakan kaitan ensiklik ini dengan Populorum Progressio (PP), yaitu ensiklik Paulus VI tentang perkembangan. Ensiklik ini memang diterbitkanuntuk memperingati 40 tahunnya Populorum Progressio. Ensiklik ini memandangtema perkembangan PP dalam kaitan dengan Ensiklik lain yang kontroversialyaitu 'Humanae Vitae'. Dikatakannya bahwa di mata Paulus VI, hidup perludijunjung tinggi pada tahap mana pun. Progress atau development yang benartak pernah bisa difahami tanpa kaitan dengan si manusia. Development yangmembuat manusia rusak itu bukan 'real progress'. Maka ekonomi yangmengakibatkan manusia saling membunuh atau suatu suku bangsa merosot, itubukan ekonomi. Sebab di situ hidup manusia tidak dihargai. Nilai suatu modelperkembangan ekonomi terletak pada jawab atas pertanyaan 'apakah di dalamnyasi manusia dihargai lebih daripada modal atau negara?' Suatu masyarakat yangmemandang rendah hidup manusia dalam tahap apa pun juga akan melecehkanmanusia pada lapisan apa pun; bahkan ia akan meremehkan segala yang hidup.

Itulah sebabnya mengapa ia melihat juga kaitan erat sekali antara sikapdasar ini dengan ekologi, yakni hormat terhadap segala yang hidup, bahkanpada seluruh alam semesta. Di situ ia menunjukkan kegagalan kebudayaan duniamasa kini yang mau menghancurkan hidupnya sendiri habis-habisan denganmelecehkan HAM, hidup manusia pada lapisan apa pun dan segala hidup di alamini.

Itulah sumber segala duka derita budaya, politis, ekonomis, medis danpribadi banyak manusia masa kini. Ilmu pengetahuan sudah memberi peringatanpada kita mengenai keterbatasan manusia ini. Maka cinta pada manusia dansegala yang hidup erat berkaitan dengan pencarian kebenaran ilmiah yangpaling dalam.

Hal baru lain dalam Ensiklik ini adalah penegasan Paus yang menunjukkankaitan erat antara logika kontrak ekonomis ('do ut des': aku beri supaya kauberi) dengan logika koalisi politis ('aku beri karena kepentingan politismewajibkan aku memberimu') dengan menambahkan sikap batin cintakasih ('akuberi karena aku mencintaimu dan baiklah bahwa aku memberimu'). Dengan katalain,keuntungan ekonomis dan keuntungan politis tidak memadai untukmembangun persaudaraan manusiawi kalau tidak dilengkapi dengan persaudaraanrohani: karena dasar cinta; dan cinta itu mempunyai implikasi dalamkebenaran-kebenaran ekonomis dan politis.
Karena kaitan itu maka Paus mendukung sekali pengorganisasian buruh agarlogika kontrak ekonomi maupun logika koalisi politis diatasi secarastruktural melalui proses perundingan konstruktif. Hal itu menuntut bahwamanagemen perusahaan dan pemilik modal mewujudkan rasa tanggungjawabnyadalam mengintegrasikan pekerja di seluruh proses pengambilan keputusanhal-hal yang menyangkut hidup buruh.

Paus juga meneruskan, bahwa pemikiran di atas menuntut kerjasama lintasnegara: sebab sekarang ini tidak ada urusan ekonomi dan politis sertaekologis yang seluruhnya dapat diselesaikan tanpa kerjasama internasional.Kerjasama itu tidak mungkin tanpa hubungan tulus dan terbuka. Caritasinternasional erat terkait dengan kebenaran internasional: bukankucing-kucingan. Kerjasama ekonomi dan politik serta kebudayaaninternasional dinilai dari sudut: 'sejauh manakah mengembangkan kemanusiaandan sejauh mana tidak malah menyebabkan semakin banyaknya kematian,pelecehan hak azasi manusia, penghancuran ekonomi rakyat miskin sertapemburukan sikap dasar terhadap kesehatan dan hidup manusia.

Jadi ensiklik ini menegaskan isi PP dan juga membaharuinya. Ia inginmenunjukkan, betapa nilai-nilai rohani mendasari perkembangan sejati ekonomidan politik serta budaya manusia, juga masa kini dan mendatang. Bila tidak,ekonomi, politik, dan kebudayaan tidak memperkaya manusia dan tidak layakbagi manusia.

Paus ingin melihat bahwa caritas itu lebih dari pada sekedarmemberi kepada si miskin tetapi yang lebih mendasar lagi: mengakui bahwasemua datang dari cinta Allah. Itulah kebenaran yang terdalam. Jadi inimemang refleksi teologis tentang Keadilan Sosial: mendahulukan si Kecil itumemang bagian dari keharusan ekonomis, hal mutlak dalam kewajiban politis,unsur hakiki dalam kebudayaan tetapi yang terdalam adalah bahwa itu bagiantak terpisahkan dari pengakuan kita atas iman "Kita diciptakan oleh cintaAllah yang serba murah hati dan bahkan ditebus kembali kendati egoismemanusia". Tampak sekali usaha memadukan iman, refleksi teologis dengankenyataan empirik di dunia ekonomi, politis, internasional dan budaya. Sekian dulu ya.

(Mirifica/Kiriman dari I.Ismartono SJ)----

20 Juli 2009

Jumat Kelabu


Hari itu
mentari baru menghangatkan pojok-pojok kota Jakarta
Sepoi-sepoi angin sembilu nan segar masih menyelimut kota metropolitan itu
Dari atas dirgantara, mega menyapa dan menghibur bumi yang sepi
lantas baru beberapa jam berpamit dengan malam

Tiba-tiba bom meledak di salah satu pojok kota itu
memecahkan kesunyian pagi itu
dua hotel menjadi saksi bisu
anak manusia terhempas
sembilan tewas, puluhan luka-luka
Inilah nyawa-nyawa mereka yang tidak berdosa,
mati sia-sia
tubuhnya hancur berserakan,
darahnya memoles dinding kaca,
terukir di lantai marmer

Dua pria lugu menjemput maut
melangkah gontai
dengan segenggam harapan teologi maut
bahwa aksi mautnya itu
Surga telah dijanjikan kepada mereka
Mereka merelakan diri dihancurkan berkeping-keping
oleh benda yang mematikan itu
yang adalah karya tangannya sendiri

Itulah akibat dari kebencian dan iri hati
yang terus menggerogoti dirinya
Akhirnya siapapun menjadi maut bagi dirinya
Inikah jalan yang harus ditempuh
untuk menebarkan kebencian itu?

Orang sudah tidak lagi takut akan Tuhan
Sehingga sahabatnya terus menjadi mangsa
dalam kematian yang tak terhormat

Tuhan Maha Kasih
Terimalah nyawa-nyawa mereka yang tidak berdosa ini
Biarkan mereka bersanding bersama-Mu
Ampunilah para pelaku
karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.
(ditulis pemilik blog)

Bom Attacks at Ritz Carlton and JW Marriott Hotels











09 Juli 2009

Pengemis Lucu



Hari ini begitu indah Tuhan, seindah kasih-Mu sehingga Engkau masih membiarkan kami menikmati angin sepoi-sepoi meskipun bersujud beralaskan bumi.

Kami memang tidak tahu apa yang kami buat, namun setiap desah langkah yang melewati kami telah mengetahui apa yang kami lakukan.

Biarkan orang menyapa kami adalah pengemis, namun hati kami mengatakan tidak. Kami hanya menggoda sentuhan kasih mereka. Ternyata mereka hanya menatap penuh kepongahan, melirik sinis, menggenggam kembali keegoannya.

***

U S I A


Usia adalah dinding jiwa
Yang berisikan lukisan
Perjalanan hidup dan roh kita
Entah berapa puluh kuas menari-nari di atas kanvas kehidupan
Mengikuti bahasa hati

Tak satu pun dapat menghapusnya
Kita cuma sanggup menutupi
Dengan gambar lain
Yang kita anggap lebih baik
Pada hal, mungkin yang pertama
yang lebih punya nilai

Usia adalah kanvas jiwa
Yang melekat erat pada detak jantung
Setia mengikuti setiap gerak langkah kita
Tak peduli dikehendaki atau tidak

Kelak jiwa roh lepas
Kuas akan berhenti menari
Dan lukisan dianggap selesai

Orang akan menikmati lukisan kita
Dalam sudut kalbunya
Tapi, lukisan usia terus melezat meniti tangga surgawi
Masuk dalam ruang pamer
Menjadi koleksi baru
Karya seni Allah

***

Secerca Harapan Sang Peziarah





Ketika mentari mulai menebarkan cahayanya
Setiap insan menjajaki punggung bumi
demi menggapai sejuta harapan
yang terpatri di dalam loh hatinya.

Ia coba melangkah
sambil menggenggam rindu
menjajaki setiap pojok bumi
yang penuh dengan tantangan dan misteri

Meski di tengah tantangan menghadang
ia tetap tegar menghadapinya
dengan iman di dada

Ia berlari bersama desiran angin
berpelukan debu-debu nista
menembus kebisingan dunia
yang selamanya tidak akan pupus dari peredarannya

Namun ia sadar
Tuhan masih meneteskan embun kasih-Nya
membangkitan hasratnya
tuk menyirami kasih-Nya
mengarungi tantangan sambil menebarkan senyum kebahagiaan

(oleh pemilik blog)

Dari Pesimis Menuju Optimis




Setiap orang secara manusiawi tentu tidak terlepas dari rasa pesimistis yang membuatnya cemas bahkan takut. Memang dalam suasana demikian membuat orang merasa terbeban yang senantiasa mengiringi perjalanannya dan menjadi bumbu kehidupannya.

Apalagi di tengah perkembangan dunia yang semakin canggih akibat ciptaan manusia itu sendiri untuk mempermudah pekerjaannya, manusia merasa terancam karena akan tercabut dari akarnya.

Semua masalah seperti itu ada jalan keluarnya. Mungkin bukan dari kemampuan kita, tapi dari kemampuan orang lain (Yesus). Maka tugas kita untuk menemukan orang lain itu.

Dia (Yesus), yang kita temukan itu memberikan motivasi kepada kita agar keluar dari belenggu itu melalui firmannya: ”Janganlah khawatir akan hidupmu”, ….. (Mat. 6,25).

Sepenggal kalimat dari Yesus itu yang cuma untai aksara bisu memiliki kekuatan dahsyat untuk merubah orang secara perlahan namun radikal. Ini menjadi dorongan yang membuat orang merasa optimis melihat hari depan penuh ceria meski hidup di tengah kekhawatiran dan ketakutan.

Di tengah kecemasan dan ketakutan itu, Yesus menawarkan lagi: ”Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya.” Kerajaan Allah yang dimaksud adalah tempat dimana di dalamnya orang hanya menemukan kebahagiaan, kedaimaian, yang menjadi desah kerinduan setiap insan.

Kerajaan Allah hanya mungkin diraih kalau orang menghilangkan kecemasan duniawi itu karena hal itu akan mengkerdilkan iman. Iman yang dianggap sebagai tembok pengaman akhirnya runtuh hanya karena akibat badai kecemasan dan ketakutan.

Agar tembok imannya kokoh, orang perlu juga menganyami diri dengan spiritualitas Yesus yakni kasih, penderitaan, dan bangkit. Menghadapinya dengan kasih dan bangkit dari derita kecemasan dan ketakutan, perlu juga didukung dengan doa-doa sebagai obat penyembuh termasyur.

Sering kita merasa lelah dalam berdoa. Rasanya apa yang kita pinta tak kunjung dikabulkan. Sebenarnya di dalam Kitab Suci, Allah sudah menjanjikan bahwa setiap doa akan dikabulkan. Hanya saja kita tidak tahu, dalam bentuk terbaik apa terkabulnya doa kita, dan juga kapan doa itu dikabulkan.

Dalam semangat iman orang tidak melihat penderita sebagai suatu yang mengancam dirinya, namun dibaliknya ada kemenangan yang telah dijalani dengan ketekunan. Tanpa ketekunan maka hidup kita menjadi petualangan yang tak kunjung usai. (ditulis oleh pemilik blog)
A m i n