23 Desember 2012

Pesan Natal Bersama PGI dan KWI


ALLAH TELAH MENGASIHI KITA (1 Yoh 4:19)

Saudara-saudari terkasih,

Setiap merayakan Natal, pandangan kita selalu terarah kepada bayi yang lahir dalam kesederhanaan, namun menyimpan misteri kasih yang tak terhingga. Allah menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Inilah perayaan penuh sukacita atas kedatangan Tuhan. Dialah Sang Juruselamat yang menjadi manusia lemah dan miskin, agar kita yang miskin ini dapat ambil bagian dalam kekayaan keallahan-Nya. Maka pada perayaan kelahiran Yesus Kristus ini, baiklah kita merenungkan kasih Allah itu dan menegaskan apa yang harus kita lakukan untuk hidup sebagai orang-orang yang percaya kepada-Nya.

Kasih Allah Bagi Semua Manusia

Allah mengasihi semua manusia. Kasih-Nya yang besar kepada manusia itu diwujudkan dengan mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dunia. Anak itu dikandung oleh seorang perawan, bernama Maria. Kelahiran-Nya membawa sukacita bagi banyak orang. Warta gembira itu diserukan oleh malaikat Allah: “sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud” (Luk 2:10-11). Tanda sukacita itu nyata dalam diri seorang bayi yang dibungkus dengan lampin dan dibaringkan dalam palungan sebagai wujud kesederhanaan dan kesahajaan.

Kasih Allah itu disambut dengan gembira oleh para gembala yang bergegas pergi ke Betlehem untuk menjumpai bayi itu seperti diwartakan oleh malaikat Allah. Hal yang sama juga dilakukan oleh orang-orang majus dari Timur. Mereka mencari kanak kanak Yesus dengan mengikuti bimbingan bintang. Setelah menemukan tempat yang dicarinya, “masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia” (Mat 2:11a). Begitulah bayi kudus itu semakin menjadi besar dalam didikan kasih kedua orangtua-Nya. Dia “makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia” (Luk 2:52).

Kasih Allah Tanpa Syarat

Allah adalah kasih (bdk. 1 Yoh 4:8.16b). Seluruh aktivitas Allah adalah tindakan kasih. Ia menyatakan diri dalam kasih kepada manusia. Ia mengasihi manusia tanpa membedakan. Ia tidak menuntut syarat apa pun dari manusia sebelum menyatakan kasih-Nya. Ia mengasihi orang benar maupun orang jahat dan semuanya tidak pernah lepas dari kasih-Nya. Demikianlah, Allah Bapa di surga, “menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar” (Mat 5:45). Semua orang telah berdosa dan dosa membuat manusia terpisah dari Allah. Akibatnya, manusia kehilangan kemuliaannya sebagai anak Allah (Rm 3:23) dan tidak layak untuk tinggal bersama Allah. Hukuman yang harus diterima oleh orang berdosa adalah terpisah dari Allah, “sebab upah dosa adalah maut” (Rm 6:23).

Tetapi, Yesus rela menanggung penderitaan agar kita dibebaskan dari maut tersebut dan kita dianggap benar oleh Allah. Yesus pun rela menanggung semua itu karena Ia mengasihi manusia dan melihat semua manusia sebagai sahabat. Yesus menunjukkan kasih-Nya dengan memberikan nyawa-Nya sendiri untuk para sahabat-Nya. Sabda Nya, “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabatsahabatnya” (Yoh 15:13). Demikianlah Allah “telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” dan Ia telah “mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia” (Yoh 3:16-17). Jelas bahwa “bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita” (1Yoh 4:10). Allah tidak menunggu manusia mengasihi diri-Nya dan baru kemudian Ia mau mengasihi mereka. Ia mengasihi manusia walaupun manusia berdosa dan Kristus sendiri mati ketika manusia masih berdosa (Rm 5:8). Yesus datang ke dalam dunia dan hidup di tengah manusia bukan karena manusia itu baik. Sebaliknya, Ia rela meninggalkan kemuliaan surgawi dan mengurbankan diri-Nya justru karena manusia berdosa dan tidak sanggup melepaskan diri dari ikatan dosa. Semua ini dilakukan-Nya semata-mata karena Ia menghendaki kebaikan dan kebahagiaan manusia. Allah menghendaki manusia hidup bahagia dalam kemuliaan abadi bersama Dia.

Mengasihi seperti Allah

Kehadiran Kristus sebagai manusia di dalam dunia ini mengajak kita untuk mengasihi seperti Allah. Sabda menjadi manusia untuk menjadi teladan kita dalam mengasihi. Seperti Allah yang menyatakan kasih-Nya dalam diri Kristus, kita diingatkan untuk mengasihi sesama semata-mata karena kita menginginkan orang lain bahagia. Hal ini juga berarti bahwa kita diajak untuk mengasihi sesama tanpa membuat pembedaan, walaupun mereka tidak berlaku seperti yang kita harapkan. Jika demikian, kita berlaku seperti Allah dan menjadi anak-anak Allah. Hanya orang yang membuka hati dan menyadari kasih Allah akan dapat mengasihi Allah dan sesama. Jika orang mengatakan bahwa ia mengasihi Allah tetapi membenci saudaranya, ia berdusta karena tidak mungkin mencintai Allah yang tidak kelihatan tanpa mencintai sesama yang kelihatan. Siapa yang mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya (bdk. 1Yoh 4:20-21). Dasar untuk saling mengasihi ini adalah kasih Allah. Dengan kasih seperti itulah orang diajak untuk mengasihi sesamanya.

Bersambung: Pesan Natal Bersama PGI dan KWI

26 September 2012

Tokoh lintas agama desak Presiden SBY serius berantas korupsi


  •  
    Tokoh lintas agama desak Presiden SBY serius berantas korupsi thumbnail
    (Foto: dokumen)

    Para tokoh lintas agama dari Buddha, Hindu, Islam, Katolik, dan Protestan meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membuktikan keseriusannya memberantas korupsi.

    Seruan itu didasari penanganan kasus dugaan korupsi pengadaan simulator SIM Korlantas Polri yang masih terjadi tarik-menarik kewenangan antara Kepolisian RI dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Saat ini, kasus ditangani KPK dan Bareskrim Polri. Presiden dinilai belum mengambil langkah efektif untuk menengahi perkara tersebut.

    “Kami berpendapat bahwa masalah korupsi di negara ini sudah begitu lama berjalan dan semakin menjadi-jadi. Padahal, ada sekian banyak kemungkinan untuk memotong arus korupsi dan membawa bangsa ini keluar dari masalah korupsi. Salah satunya dengan jalan ketegasan Presiden berdiri memerangi kasus korupsi,” ujar Romo Franz Magnis-Suseno SJ, yang membacakan pernyataan sikap tokoh lintas agama, di Maarif Institute, Jakarta, Senin (24/9/2012).

    Tokoh lintas agama dan badan pekerja yang menandatangani pernyataan sikap tersebut di antaranya adalah Ahmad Syafii Maarif (Muhammadiyah), Shalahuddin Wahid (NU), Mgr Martinus Dogma Situmorang OFMCap (ketua presidium KWI), Romo Franz Magnis-Suseno SJ, Pendeta Andreas A Yewangoe (ketua umum PGI), Bikkhu Sri Pannyavaro (Buddha), Djohan Effendi, dan Nyoman Udayana Sangging (Hindu).

    “Pemimpin bangsa agar mewujudkan tindakan dan dukungan yang tegas atas semua langkah pemberantasan korupsi. Sebaliknya, moral yang lemah akan mengakibatkan sikap yang tidak konsisten dalam menuntaskan pembersihan korupsi itu,” ujar Romo Magnis.

    Guru Besar STF Driyarkara itu berpendapat, sengketa penyidikan perkara dugaan korupsi pengadaan simulator SIM Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri merupakan salah satu contoh bahwa pemberantasan korupsi masih setengah hati. Dualisme penanganan perkara tersebut, lanjutnya, adalah bukti otentik bahwa kewenangan KPK sebagai institusi pemberantasan korupsi dihalang-halangi oleh Polri.

    Terlebih lagi, Polri menarik 20 penyidik KPK yang salah satunya diketahui sedang menangani perkara dugaan korupsi simulator SIM yang menyeret mantan Kepala Korlantas Inspektur Jenderal Djoko Susilo sebagai tersangka.

    “Kami minta agar Presiden memerintahkan Kapolri untuk membatalkan penarikan penyidik Polri dari KPK serta menyerahkan sepenuhnya kasus-kasus yang melibatkan unsur Polri kepada KPK,” tuturnya menegaskan.

    Dia mengingatkan, hanya kesadaran yang kuat dari seorang presiden untuk peduli pada pemberantasan korupsi. Presiden harus menguatkan KPK.

    “Moral seorang pemimpin yang lemah akan mengakibatkan sikap yang tidak konsisten dalam menuntaskan pembersihan penyakit korupsi itu,” katanya.

    “Kami juga mengingatkan presiden untuk melaksanakan landasan hukum pemberantasan korupsi yang tertuang di UU No. 30 Tahun 2002 tentang KPK, Pasal 50 ayat 3 dan 4 serta Pasal 39 ayat 3, serta kedudukannya sebagai Kepala Negara dan PanglimaTertinggi TNI/Polri,” katanya.

    Lebih lanjut, Romo Magnis juga meminta seluruh media, akedemisi, LSM/masyarakat madani, dan berbagai pihak mendukung pemberantasan korupsi secara jujur untuk mengawasi dan melawan dengan sungguh-sungguh upaya pemangkasan wewenang KPK yang sedang terang-terangan terjadi di DPR.

    25 Januari 2012

    Eksorsisme adalah ‘karunia membantu kita percaya’ Tuhan

    Jika Anda ingin mengetahui segala sesuatu tentang eksorsisme (pengusiran setan) Anda bisa belajar dengan menonton film, “The Exorcist,” demikian Pastor Jose Antonio Fortea.

    Untuk mempelajari tentang eksorsisme, Pastor Fortea menganjurkan buku terbaik adalah Alkitab, terutama Injil, karena Yesus adalah seorang eksorsis (pengusir setan).

    Pastor Fortea, seorang imam dari Keuskupan Alcala de Henares di Spanyol, adalah seorang eksorsis. Dia menulis beberapa buku termasuk “wawancara dengan seorang Eksorsis.” Saat ini ia tinggal di Roma, dan sedang belajar untuk doktor dalam teologi. Ia berada di Florida baru-baru ini untuk memberikan ceramah tentang eksorsisme dan pelayanan pastoral.

    Setiap kebudayaan memiliki pemahaman tentang kerasukan setan (kesurupan), kata Pastor Fortea. “Namun, mereka tidak memiliki solusinya. Yesus membawa solusi tersebut. Yesus mengajarkan kita untuk mengusir setan.

    “Eksorsisme merupakan sebuah tanda kuasa Yesus bahwa kekuasaan kerajaan surga di bumi,” tambahnya. “Setiap eksorsisme adalah rahmat yang membantu kita percaya.”

    Ketika uskup pertama meminta dirinya mempelajari eksorsisme tahun 1990-an, Pastor Fortea mengatakan dia pikir eksorsisme adalah peristiwa langka yang mungkin terjadi sekali atau dua kali dalam satu abad.

    Tapi, ketika semakin banyak orang datang kepadanya untuk meminta bantuan, ia menyadari pengaruh setan jauh lebih aktif, terutama pada mereka yang berhubungan dengan ilmu sihir, ilmu hitam, santet dan beberapa praktek New Age.

    Tidak seperti film, kebanyakan orang tampaknya adalah normal, katanya. Tanda-tandanya seperti gemetar atau berteriak.

    Gereja memiliki doa-doa dan ritual khusus untuk melakukan pengusiran setan, katanya. Tapi, ketika dia melatih para imam, ia memberitahu mereka untuk tidak khawatir dengan hal itu. “Saya memberitahu mereka untuk mengalahkan kerasukan setan dengan kemuliaan Allah,” katanya. “Berpusatlah kepada Tuhan.”

    Misalnya, beberapa orang khawatir dengan membiarkan anak-anak mereka dekat dekat buku “Harry Potter” atau menonton filmnya.

    Pastor Fortea mengatakan “Harry Potter” itu sangat menyenangkan asalkan dianggap sebagai hiburan.
    “Saya melihat banyak film horor termasuk Harry Potter ketika saya masih kecil,” kata Pastor Fortea, yang telah melihat salah satu dari film tersebut. “Ketika Harry pergi ke Hogwarts, itu membuat saya ingat ketika saya pergi ke seminari.”

    Dia mengingatkan orangtua tentang hal-hal yang melarang anak-anak mereka. “Larangan harus dengan hati-hati,” katanya. “Orang berpikir kita lebih dilindungi dengan hal-hal yang dilarang. Jika Anda melarang Harry Potter, mengapa tidak Tolkien?”

    Roh jahat menguasai tubuh, bukan jiwa, katanya, seraya mengatakan mengapa Sakramen Pengakuan adalah lebih penting bagi Katolik ketimbang eksorsisme.

    Namun, dia mengatakan siapa saja bisa kerasukan roh jahat.

    Dia mendesak orang untuk menggunakan moderasi dan akal sehat serta membangun iman mereka dengan sakramen-sakramen dan praktek devosional gereja.

    “Banyak godaan bukan dari setan. Ini berasal dari individu,” katanya. “Bahkan, 98 persen dari godaan datang dari hati atau dunia kita. Anda dapat menghindari dosa dan Allah akan memberi kita kasih karunia.”

    Jika mereka merasa perlu berkonsultasi dengan eksorsis, mereka harus meminta uskup mereka. Hanya imam tertentu memiliki pelatihan dan izin untuk melakukan pengusiran setan dan daftar ini tidak dipublikasikan.

    Pastor Fortea, seorang imam dan teolog, yang fokus pada demonologi dan lulus dari University of Navarre dengan gelar dalam bidang sejarah.

    Tahun 1998, ia menulis tesisnya tentang “The Eksorsism in Modern Times” dan mempertahankan tesisnya sebelum ditunjuk sebagai sekretaris Komisi Ajaran Iman Konferensi Waligereja Spanyol ‘.

    Sumber: Spanish priest says exorcism is God’s ‘gift to help us believe’